Mahasiswa UNY Ajarkan Masyarakat Sumsel Buat Tempe dari Biji Karet

0

Mahasiswa UNY mengajari masyarakat Desa Babat, Sumsel membuat tempe dari biji karet.

YOGYAKARTA – Tanaman di Sumatera beragam. Salah satu yang terkenal adalah pohon karet. Negara Indonesia sendiri, dikenal sebagai negara penghasil karet terbesar di dunia dengan kontribusi mencapai 26% total produksi karet alam dunia.

Selain menghasilkan lateks sebagai bahan utama pembuatan ban, pohon karet juga menyerap gas buangan dan menghasilkan oksigen yang jauh lebih maksimal. Tanaman ini juga menyerap gas karbondioksida yang diolah menjadi sumber karbon untuk fotosintesis. Hal tersebut sangat membantu mengurangi atau mengatasi efek rumah kaca seperti pemanasaan global dan kerusakan lingkungan. Di sisi lain, pohon ini juga mempunyai biji karet yang masih jarang diolah.

Inilah yang mendorong para pejuang muda Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) di Sumatra Selatan (Sumsel) untuk mengedukasi warga setempat tentang pembuatan tempe dari biji karet. Para pejuang muda ini tengah mengikuti program sinergi antara Kementerian Sosial RI, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, serta Kementerian Agama yang diperuntukkan bagi mahasiswa agar berperan dalam penanganan kemiskinan dan masalah sosial di masyarakat.

Para pejuang muda tersebut terdiri dari Tegar Ristianto dan Alifah Nur Aqrimah dari Prodi Pendidikan Sejarah, serta Aji Nur Wijaksono Prodi Pendidikan Fisika. Mereka juga dibantu Mangara Klose Siahaan dari Prodi Teknik Sipil Intitut Teknologi Sumatera, serta Gulfi Oktariani dan Nadya Lucyana, dari Prodi Sistem Komputer Universitas Sriwijaya (Unsri).

Mereka ditempatkan di Desa Babat, Kecamatan Penukal, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, Sumatera Selatan.

Menurut Tegar Ristianto, kegiatan tersebut diadakan karena prihatin pada kondisi masyarakat yang belum memiliki pekerjaan sampingan setelah menyadap karet dan banyaknya biji karet yang belum dimanfaatkan sebagai bahan baku olahan pangan.

“Biji karet yang jatuh dari pohon hanya dibiarkan begitu saja dan hanya sebagian yang digunakan sebagai bibit oleh petanim” ungkap Tegar, Kamis (17/03/2022).

Di samping itu, sosialisasi dilaksanakan untuk memberikan pandangan baru bagi masyarakat, bahwa biji karet yang menjadi potensi besar di Desa Babat akan memiliki nilai jual lebih bila masyarakat mau tergerak memanfaatkannya. Seperti mengolah menjadi tempe.

Alifah Nur Aqrimah mengatakan, tempe merupakan makanan yang akrab dengan keseharian masyarakat. Biji karet mengandung 31,6% karbohidrat, 15,6% protein, 40,9% lemak, dan sisanya adalah mineral dan asam sianida. Karena itu, asam sianida tersebut harus dihilangkan dengan cara perendaman selama 24 jam dan perebusan selama 90 menit. Asam sianida mempunyai sifat mudah larut dan mudah menguap, sehingga saat perendaman akan terbuang bersama air. Sedangkan proses perebusan zat linamerase dan asam sianida akan terakumulasi.

“Tempe dari biji karet lebih lembut daripada tempe kedelai, tidak cepat menjadi busuk dan bisa disimpan selama dua minggu  di dalam lemari es,” papar Alifah.

Aji Nur Wijaksono menjelaskan, proses pembuatan tempe biji karet diawali dengan menyiapkan 1 kilogram biji karet yang telah dicuci bersih. Selanjutnya, biji karet dibuang kulitnya dengan cara memecahkannya.  Setelah terpisah ari kulitnya, daging biji direndam selama 1 × 24 jam.

Setelah direndam, direbus selama 1 jam. Tiriskan dan biarkan hingga dingin. Setelah dingin, air rebusan dan bakal daun yang terdapat dalam biji dibuang. Rendam kembali biji karet selama 3×24 jam lalu cuci dan dikukus ± 30 menit. Setelah dikukus selama 30 menit, air yang  tersisa di dalam panci dibuang, kemudian biji karet dipindahkan ke tampah dan  diratakan tipis-tipis. Biarkan dingin sampai permukaan keping karet kering dan airnya menetes habis. Setelah dingin, taburkan ragi tempe (Rhizopus oryzae) sebanyak ± 2 gram sambil   diaduk-aduk sampai rata.

Penambahan ragi untuk mempercepat/merangsang pertumbuhan jamur. Tahap peragian (fermentasi) adalah tahap penentu keberhasilan dalam membuat tempe.

Selanjutnya, tempe dikemas sesuai selera, bisa menggunakan plastik atau daun pisang. Plastik atau daun pisang yang telah berisi biji karet dilubangi dengan menggunakan jarum yang terbuat dari kayu  ukuran kecil kira-kira 8-10 lubang untuk setiap sisi atas dan sisi bawah. Tempe disimpan di tempat yang tidak tertutup. Tujuannya, menghindari pembusukan pada tempe karena suhu yang terlalu panas, usahakan di tempat yang terjadi sirkulasi udara. Tempe didiamkan kurang lebih selama 2 × 24 jam. Setelah itu tempe siap diolah menjadi makanan yang lezat dan bergizi tinggi.

Kepala Desa Babat Arie Meidiansyah, M.Pd. mengucapkan terimakasih pada para peserta Program Pejuang Muda Kementerian Sosial yang berkenan menyelenggarakan kegiatan yang positif bagi masyarakat Desa Babat.

“Saya berharap pada masyarakat yang hadir dalam kegiatan tersebut mengambil ilmu dan bisa menyampaikan pada sanak saudara atau tetangga, sehingga bisa bersama-sama memanfaatkan potensi biji karet di Desa Babat menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual serta bisa menambah penghasilan keluarga,” katanya. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *