Universitas Negeri Yogyakarta Tambah 15 Guru Besar Baru
YOGYAKARTA – Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengukuhkan gelar guru besar pada 15 dosen di Performance Hall, Fakultas Bahasa Seni dan Budaya (FBSB) UNY, Sabtu (6/5/2023). Guru besar yang dikukuhkan kali ini dari lima fakultas. Yakni, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi (FIPP), Fakultas Bahasa Seni dan Budaya (FBSB), Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK), Fakultas Teknik (FT), serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).
Dari FIPP, ada Prof Dr Haryanto MPd, Guru Besar dalam Bidang Ilmu Teknologi Pembelajaran. Kemudian, Prof Dr Nurtanio Agus Purwanto MPd, Guru Besar dalam Bidang Ilmu Kepemimpinan Pendidikan, dan Prof Dr Budi Astuti MSi, Guru Besar dalam Bidang Ilmu Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial.
Sementara itu, Guru Besar dari FBSB adalah Prof Dr Drs Iswahyudi MHum, Guru Besar dalam Bidang Ilmu Kajian Sejarah Kebudayaan, Prof Dr Nur Hidayanto Pancoro Setyo Putro PhD, Guru Besar dalam Bidang Ilmu Penilaian Pembelajaran Bahasa Inggris, dan Prof Dr Drs I Wayan Suardana MSn, Guru Besar dalam Bidang Pengkajian Seni Rupa Tradisional.
Berikutnya, Guru Besar dari FIKK, ada Prof Dr Ahmad Nasrulloh SOr MOr, Guru Besar dalam Bidang Ilmu Keolahragaan, Prof Dr Awan Hariono SPd MOr, Guru Besar dalam Bidang Ilmu Biomekanika Olahraga, Prof Dr Komarudin SPd MA, Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pembelajaran Permainan Sepakbola, Prof Dr Erwin Setyo Kriswanto MKes AIFO, Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Kesehatan Prof dr Novita Intan Arovah MPH PhD, Guru Besar dalam Bidang Ilmu Olahraga Kesehatan Masyarakat, Prof Dr Sugeng Purwanto MPd, Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pembelajaran Beladiri, serta Prof Dr Yudik Prasetyo MKes AIFO, Guru Besar dalam Bidang Ilmu Perencanaan Latihan Olahraga Kesehatan.
Dari FT, Prof Dr Wagiran SPd MPd menjadi Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pembelajaran Pendidikan Teknik Mesin dan Prof Dr Tony Wijaya SE MM menjadi Guru Besar dalam Bidang Ilmu Manajemen Pemasaran pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Rektor UNY Prof Sumaryanto mengatakan, pengukuhan guru besar ini merupakan salah satu tradisi untuk mengapresiasi dan penghargaan bagi para dosen yang berjuang mendapatkan jabatan tertinggi. Ini sekaligus merupakan wadah akademis bagi para guru besar mengemukakan ide, gagasan, dan informasi terkini terkait bidang keilmuan yang ditekuni.
Pada pidatonya, Prof Haryanto memaparkan tentang ‘Keseimbangan Berpikir Divergen-Konvergen Melalui Pendekatan Pembelajaran Konstruktivistik’. Menurut Haryanto, pengembangan cara berpikir divergen dan konvergen secara seimbang dalam proses pembelajaran sangat penting untuk diwujudkan. Keseimbangan berpikir divergen dan konvergen mampu mengasah kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi diperlukan untuk menyelesaikan persoalan bangsa dari sisi kebermaknaan dan kebenaran substansial.
“Berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking, tidak lain adalah perwujudan dari fungsi divergen dan konvergen dalam proses berpikir,” papar Prof Haryanto.
Ditambahkan, berpikir tingkat tinggi adalah berpikir kreatif kritis, mengkaji persoalan dari sisi kebermaknaan dan kebenaran substansi.
Sedangkan Prof Iswahyudi menyampaikan tentang ‘Peranan Pendidikan Seni Dalam Penguatan Budaya Nasional’, cara berpikir tradisional tentang pendidikan seni dan desain sudah tidak memadai lagi, karena perkembangan seni mengalami perubahan yang cepat, seiring perkembangan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi dan budaya.
“Pendidikan seni rupa dan desain yang masih dipengaruhi oleh konsep pendidikan seni rupa progresif yang mengutamakan ekspresi individu sudah tidak relevan lagi,” ungkapnya.
Berbagai wacana dan teori budaya global seperti postmodernisme, postkolonialisme, feminisme, multikulturalisme, pluralisme, postindustrial, posthistory, postauratic, akhir sejarah seni rupa, dan lainnya sudah lama merembes ke ruang diskusi publik dan mempengaruhi para pekerja seni dan desain serta seniman dan pendidik desain.
Sedangkan Prof Ahmad Nasrulloh dalam pidatonya berjudul ‘Model Latihan Fun Fitness Untuk Meningkatkan Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Pada Lansia,’ menjabarkan bahwa sangat penting bagi lansia selalu melakukan latihan fisik demi menjaga dan meningkatkan kebugaran ototnya, sehingga lansia bisa memperoleh derajat kesehatan yang lebih baik.
Situasi saat ini, kebanyakan lansia cenderung hanya berdiam diri di dalam rumah dan mengurangi aktivitas di luar rumah. Hal tersebut berdampak pada penurunan tingkat kebugarannya. Selain itu, lansia juga akan mengalami perubahan secara fisiologis. Seperti hilangnya unit motorik, perubahan jenis serat, atrofi serat otot, serta berkurangnya aktivasi neuromuscular.
Perubahan secara fisiologis tersebut bisa mempengaruhi kecepatan, kekuatan, dan daya tahan otot pada lansia saat melakukan gerak, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja fisik.
“Karena itu, lansia tetap dianjurkan untuk bisa melakukan latihan fisik yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuannya,” tegasnya.
Sementara itu, Prof Wagiran menjabarkan tentang ‘Transformasi Visi Pendidikan Vokasional Dalam Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Secara Holistik Sebagai Proses Humanisasi,’ di mana pendidikan vokasional sebagai pendidikan keduniakerjaan dihadapkan pada perubahan struktur ketenagakerjaan yang amat cepat dan disruptif. Cara pandang holistik menempatkan pendidikan vokasional sebagai pendidikan yang melayani tahap-tahap perkembangan vokasional, namun disisi yang lain juga tampil dengan karakteristiknya sebagai pendidikan yang mampu menyiapkan peserta didiknya memasuki dunia kerja sesuai dengan tuntutan perubahan.
“Pendidikan vokasional sebagai proses humanisasi menempatkan peserta didik sebagai manusia paripurna yang harus dikembangkan secara uituh seluruh dimensi kemanusiaannya,” ungkapnya.
Hal ini semakin mendapatkan konteks yang tepat seiring kebutuhan sumberdaya manusia (SDM) pada masa depan yang tidak hanya menuntut kemampuan penguasaan bidang keahlian, namun juga harus menguasai kemampuan yang yang bersifat pengembangan diri, kepribadian, moral, dan etika.
Pidato Prof Tony Wijaya berjudul ‘Orientasi Pemasaran Hijau dalam Mewujudkan Bisnis yang Berkelanjutan’ menyoroti orientasi pemasaran hijau yang merupakan pendekatan sekaligus solusi bisnis yang mampu memenuhi tuntutan perubahan lingkungan bisnis secara berkelanjutan dengan tetap menjaga eksistensi produsen, konsumen dan alam. Pemasaran hijau memiliki peranan penting sebagai jawaban atas upaya menjaga keberlanjutan dari siklus hidup bisnis secara seimbang sekaligus mengatasi permasalahan-permasalahan global yang ditimbulkan dari proses produksi-konsumsi. Integrasi konsep hijau dalam aktivitas bisnis bisa membantu perusahaan menciptakan nilai tambah bagi pelanggan dan pemangku kepentingan lainnya, serta meningkatkan keberlanjutan bisnis jangka panjang.
“Dengan mengadopsi orientasi pemasaran hijau, entitas bisnis bisa mengurangi biaya operasional jangka panjang dan meningkatkan efisiensi bisnis, citra organisasi, serta bisa menciptakan nilai jangka panjang yang bermanfaat baik bagi produsen, konsumen maupun lingkungan,” tutup Tony Wijaya.(*)