Penderita TBC Bisa Sembuh, Asal dengan Pengobatan Tepat

0

Talkshow healty life yang menghadirkan dr Dinda Saraswati.

SEMARANG – Hari Tuberkulosis (TB) sedunia diperingati setiap 24 Maret. Merunut sejarah, Robert Koch menemukan kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberkulosis pada 24 Maret 1882. Seperti diketahui, Tuberkulosis (TBC) atau TB merupakan penyakit menular akibat dan umumnya menyerang paru-paru. Tetapi juga bisa menyerang organ tubuh lain.

“Gejala TBC ada yang khas dan tidak khas. Yang khas, seringnya batuk darah. Sedangkan yang tidak khas seperti batuk berdahak biasa, penurunan berat badan, dan meriang. Tidak ada salahnya melakukan screening ke fasilitas kesehatan untuk mengetahui kondisi jenis batuk. TBC bukan karena genetik melainkan karena kontak erat. Artinya, dengan satu rumah kontak dekat dalam waktu yang cukup lama bisa menularkan. Kuman TB ini sudah terbukti tidak tahan terhadap sinar matahari. Bila terkena sinar matahari dalam waktu setengah jam, kumannya yang ada di udara akan mati,” ungkap Dokter Spesialis Penyakit Dalam (SPD) Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) Universitas Diponegoro (Undip) dr. Dinda Saraswati R., Sp.PD., saat talkshow life bertema “Banyak Covid Bukan Berarti TBC Makin Dikit,” beberapa waktu lalu (28/03/2022)

Dinda meneruskan, penyembuhan TBC tetap menggunakan obat anti-TB yang diterapkan Kementerian Kesehatan, di mana pengobatannya mengkonsumsi obat setiap hari selama 6 bulan untuk kasus yang tidak resistensi obat. Bila pasien terkena TB yang jenis resistensi, obat makan pengobatannya lebih panjang dan dengan kombinasi obat yang lebih kompleks.

“Kuman TB saat menginfeksi paru-paru seperti membangun rumah, batuk berdarah atau tidak tergantung seberapa luas kerusakan yang diakibatkannya. Apakah ia mengenai pembuluh darah atau tidak. Semua batuk darah belum tentu TB, sehingga harus memeriksakan diri untuk memastikan dan kita juga selalu mengedukasi masyarakat jika batuk darah segera periksa,”  imbuhnya.

Ia menegaskan, seandainya sudah mengetahui ada yang terdiagnosis TB, otomatis Puskesmas atau RT atau RW menyarankan melakukan screening satu rumah yang kontak dekat. Meskipun terdeteksi TB, pasien tersebut jika di rumah masih bisa bersosialisasi. Namun, diminta menjaga jarak dan menggunakan masker.

“Pengobatan TB ini memerlukan waktu lama sehingga dukungan terhadap pasien terutama keluarga sangat penting, misalnya dengan mengingatkan mengkonsumsi obat, menjaga gizi dan tidak dikucilkan dari lingkungan” terang dr. Dinda.

Diingatkan Dinda, semua pihak mesti meningkatkan pengetahuan dan kesadaran bagaimana upaya memutus mata rantai TB, menemukan orang yang terkena TB sekaligus mengawal dan melanjutkan pengobatan sampai tuntas, sehingga TB tidak akan menular pada orang lain.

“TB ini tidak hanya di paru, kuman TB bisa menginfeksi semua organ di seluruh tubuh. Alangkah baiknya jika ada gejala segera di bawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk dipastikan apakah sakit TB atau bukan, apabila memang TB harus diobati hingga tuntas. TB bisa sembuh dengan pengobatan yang tepat dan support dari keluarga serta lingkungan juga menjadi point penting” pesannya.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *