Unik, Tujuh Pasangan Menikah di Dalam Pabrik, Naik Forklift dengan Mahar 25 Kilogram Beras
YOGYAKARTA – Sekarang ini, fenomena yang masih banyak terjadi masyarakat kita adalah belum bisa menikah, karena berbagai keterbatasan. Ditambah lagi, kondisi krisis pangan kini berada di depan mata, yakni terjadi lonjakan harga beras dan kekeringan, serta datangnya pemilu.
Momentum Sumpah Pemuda pada bulan Oktober 2023 ini dimanfaatkan FORTAIS (Forum Ta’aruf Indonesia) Sewon Bantul bersama PT. Indofon Sentolo Kulonprogo didukung KUA Sentolo, MUA (make up artis) Yogyakarta, Paguyuban Panatacara Yogyakarta (PPY) Yogyakarta, serta berbagai pihak menggelar acara ‘Nikah Bareng Persatuan’ di PT Indofon Jalan Kawasan Industri Sentolo, Salamrejo, Kapanewon Sentolo, Kulonprogo, Kamis (26/10/2023).
“Dengan momentum Sumpah Pemuda, kita menghayati kembali spirit (semangat) sumpah pemuda untuk diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bergotong royong yang diwujudkan dalam acara nikah bareng ini,” kata Ketua FORTAIS Indonesia RM H Ryan Budi Nuryanto SE.
Ryan yang juga panitia pelaksana acara tersebut meneruskan, prosesi pernikahan bisa dibilang unik dan merupakan wujud kita bergotong-royong, di tengah krisis pangan dengan membantu masyarakat yang ingin menikah dan mengalami keterbatasan.
Selanjutnya, diharapkan pasangan yang sudah menikah akan bekerja keras membangun dan membahagiakan keluarganya meneladani Kebhinekaan Indonesia ini.
“Dengan perbedaan dan kekuatan cinta bisa saling berbagi dan mengisi, karena kekuatan dan masa depan suatu bangsa dipengaruhi kekuatan keluarga. Dan ini merupakan pondasinya. Jadi, mari kita bersatu menuju Indonesia emas 2045 dan nikah bareng ini sudah sejak 2006 digelar dengan alumni dari golek garwo dan nikah bareng 16 ribu pasangan,” paparnya.
Panitia sendiri berharap pernikahan tersebut membawa misi religi, budaya, sosial, kebangsaan, dan ikut menyukseskan Pemilu 2024 dengan aman dan damai.
Bisa dibilang, acara menikah bareng ini pertama di Indonesia, karena prosesi pernikahan dilakukan di dalam pabrik, termasuk saat ijab para pasangan berada di tengah-tengah mesin dan di atas forklift. Mahar yang disiapkan juga terbilang unik, yaitu mahar beras sebanyak 25 kilogram, cincin 2 gram, dan alat salat.
“Bagi pasangan yang menikah, mereka diberikan beberapa fasilitas dan gratis. Mulai dari biaya nikah, mahar, busana/ rias, pelaminan, dokumentasi, hingga tasyakurannya. Banyak yang berminat mengikuti acara ini dan kebetulan dibuka kurang dari tiga minggu dan yang berhasil melengkapi syarat nikah hanya tujuh pasang,” katanya.
Prosesi pernikah dirancang sederhana tetapi meriah. Ini diawali dengan arak-arakan kirab tujuh pasangan pengantin dari luar pabrik menuju ke dalam pabrik. Tema busana yang dipakai Kebhinekaan Indonesia dan diiringi lagu Bangun Pemudi – Pemuda dan Kebo Giro, yang menjadi lambang pengantin siap bangun negeri untuk berswasembada pangan. Para pengantin melambaikan tangan dan menebar senyumannya dengan cucuk lampah enam putri berbusana pesiar dan para perias dari MUA berbusana kebaya.
Adapun ketujuh pasangan tersebut adalah Hendra Adi Wijaya (26 tahun) dari Trucuk, Klaten menikah dengan Ayu Astuti (22 tahun) dari Nanggulan, Kulonprogo dengan busana Solo Putri Hijab. Kemudian, David Sutrisno (35 tahun) dari Kokap, Kulonprogo dengan Sulistyowati (42 tahun) dari Kokap, Kulonprogo dan dipasang busana adat Batak. Berikutnya, pasangan Supri (39 tahun) Namggulan, Kulonprogo dengan Nur Hidayah (44 tahun) dari Panjatan, Kulonprogo dengan memakai busana muslim modern.
Peserta nikah bareng berikutnya, ada Ignatius Ari Yanto (40 tahun) dari Sedayu, Bantul dan menikah dengan Suhartiningsih (31 tahun) dari Sentolo, Kulonprogo, dengan memakai busana Palembang. Berikutnya, Suparyanto (36 tahun) dari Bambanglipuro, Bantul dengan Nurmala Sari (33 tahun) dari Ngaglik, Sleman (pasangan rujuk) dan memakai busana Siger Sunda.
Kemudian, Gunawan (37 tahun) dari Gamping, Sleman dengan Marsini (35 tahun) dari Banguntapan, Bantul dengan memakai busana Jogja Putri muslim. Terakhir, pasangan Paijan (46 tahun) dari Gedangsari, Gunungkidul dengan Suprihatin (50 tahun) dari Danurejan, Yogyakarta dengan memakai busana muslim modern.
Pimpinan PT Indofon Adit Setiawan SH MH menyambut baik acara nikah bareng tersebut dan pihaknya mendukung gelaran tersebut sebagai bentuk kepeduliannya untuk berbagi kepada para calon pengantin untuk bisa menikah.
Hadir dalam acara tersebut, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Kulonprogo Drs Jazil Ambar Was’an serta Kapolres, Dandim, KakanKemenag, dinas terkait, dan Forkompimcam Kapanewon Sentolo, serta Kepala KUA Sentolo dan staf.(*)