Dalam Kontestasi Pilgub Jabar, Dua Nama Penantang Potensial Ridwan Kamil
JAKARTA – Dua nama bakal menjadi penantang potensial bagi Ridwal Kamil (RK), seandainya maju dalam konstestasi pemilihan gubernur Jawa Barat (Jabar) mendatang. Kedua nama tersebut adalah Dedi Mulyadi dan Susi Pudjiastuti. Di belakang dua orang tersebut, ada Bima Arya, Dede Yusuf, Dessy Ratnasari, UU Ruzhanul Ulum, dan Airin Rachmi Diany.
“Untuk kedua nama tersebut (Dedi dan Susi, red) patut diperhatikan betul oleh RK (Ridwan Kamil) dan tim suksesnya,” ungkap Peneliti MC Matrix Wildan Hakim, di Jakarta, Rabu Malam (13/04/2022).
Menurut Wildan, ada dua hal, mengapa RK harus memperhatikan fluktuasi elektabilitas kedua nama tersebut. Pertama, posisi Dedi Mulyadi merupakan kader Partai Golkar. Setidaknya, ia sudah mengantungi separuh tiket dukungan dari partai dia sendiri. Untuk yang kedua, angka elektabilitas terbilang lumayan untuk disebut sebagai calon penantang RK. Bagi Susi, angka elektabilitas yang diperoleh tersebut bisa dibilang tinggi.
“Jadi diibaratkan, Susi dapat angkat tersebut saat dia tidur alias tidak running untuk untuk kontestasi elektoral Jawa Barat. Bayangkan, jika Susi serius dan bangun untuk menggarap jalur elektoral. Angkanya bisa saja makin tinggi. Susi bisa disebut Kuda Hitam. Beda dengan Dedi Mulyadi yang sudah bisa dibaca oleh publik, ada kepentingan elektoral. Entah menjaga peluang untuk urusan Pilgub Jawa Barat atau menjaga suara di dapil dia berasal,” papar arek Kediri ini.
Dalam survei pilgub Jawa Barat yang dilakukan MC Matrix, angka elektabilitas—tingkat keterpilhan, RK mencapai 42.05 persen. Dedi Mulyadi, yang dikenal sebagai politisi Golkar dan mantan Bupati Purwakarta dua periode sebesar 12.73 persen. Adapun Susi Pudjiastuti, mantan Menteri KKP era kabinet JKW-JK sebesar 4.55 persen. Selanjutnya untuk Bima Arya Sugiarto (Wali Kota Bogor) 2.05 persen, Dede Yusuf (mantan Wakil Gubernur dan Anggota DPR RI Dapil Jawa Barat II) sebesar 1.14 persen, serta Dessy Ratnasari, anggota DPR RI Dapil Jawa Barat IV sebesar 0.91 persen.
Tingginya angka elektabilitas RK tersebut sejalan dengan tingkat kepuasan publik Jawa Barat. Secara umum,70.68 persen publik menilai perkembangan Jawa Barat selama hampir lima tahun di bawah kepimpinan RK dan UU, semakin baik dan baik. Sedangkan terhadap kinerja pemerintah Jawa Barat saat inI tingkat kepuasan mencapai 65.45 persen.
Sayangnya, angka tingkat kepuasan itu tidak terdistribusi atau tidak mampu dikapitalisasi oleh UU. Ini bisa dilihat dari gap antara angka elektabilitas di antara petahana Gubernur dan Wakil Gubernur saat ini, RK dan UU. Angka RK mencapai 42.05 persen. Sedangkan UU, 0.68 persen. Kendati begitu, bukan berarti bahwa RK bisa dengan mulus mampu memenangkan Pilgub Jawa Barat.
Alasannya, ujar Wildan, saat ini RK tidak memiliki partai. Sebaliknya, UU merupakan kader partai dan sudah menggenggam separuh tiket dukungan dari partai dia berasal.
“Ini berangkat dari studi kasus inkumben di sebuah kabuapten di Maluku Utara, di mana pada Pilkada 2020, dia tidak mendapatkan tiket. Padahal, angkanya elektabiltas tembus hingga 40 persenan. Dalam kasus seperti ini dan RK harus hati-hati. Mengingat ada fatsun di politik bahwa, kandidat terkuat potensial akan menjadi musuh bersama bagi kompetitor lainnya dan itu dimulai saat musim berburu tiket, ” tegasnya.
Kejutan lainnya, sambung pria yang juga akademisi Universitas Al-Azhar Indonesia, mengenai elektabilitas KASAD Dudung Abdurraham dan Airin Rachmi Diany dalam survei tersebut. Meskipun kecil, kedua nama tersebut sama persis dengan kondisi yang didapati Susi. KASAD dan mantan Wali Kota Tangserang Selatan (Tangsel) tidak berpacu dalam rel kontestasi Pilgub Jawa Barat. Keduanya mendapat angka elektabiltas lantaran kerja profesional mereka di bidang masing-masing.
“Keduanya juga berasal dari Jawa Barat. Jadi kerja profesional mereka berbuah elektoral. Pertanyaan lanjutan, apakah angka elektoral itu mereka mau konversi menjadi dukungan? Ini akan dijawab oleh keduanya,” katanya.
Survei sendiri dilaksanakan dari tanggal 24 Maret hingga 5 April 2022 di seluruh kabupaten dan kota di Jawa Barat. Jumlah responden 440 orang yang sudah memiliki hak pilih atau yang sudah kawin atau menikah. Jumlah sebaran sampel responden sangat bergantung pada jumlah DPT masing kabupaten dan kota di Jawa Barat. Teknik pencuplikan menggunakan metodologi multistage random sampling (acak berjenjang). Adapun tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. Margin of error ± 4,77 % menggunakan enumerator terlatih, serta memperhatikan kualitas data dengan spot check sebanyak 20 persen dari jumlah responden.(*)