Prof. Insih Wilujeng Minta Pendidik Harus Perhatikan Karakteristik IPA sebagai Proses dan Produk
YOGYAKARTA – Dalam konteks pembelajaran IPA, bentukan unity in diversity bisa ditinjau. Pertama, keragaman pengembangan keterampilan peserta didik dalam belajar IPA (meliputi keterampilan proses, keterampilan praktik, keterampilan berpikir) menuju pada unity (kesatuan terkait strategi berpikir) adalah konseptualisasi, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan yang sama.
Kedua, keragaman disipliner ilmu dalam meninjau dan membahas alam seperti fisika, kimia, biologi, geologi, astronomi, kesehatan dan lingkungan, menuju pada unity (IPA). Tinjauan ketiga, keragaman konseptual Fisika, Kimia dan Biologi menuju pada unity (IPA) meskipun masih berifat connected (fisika-biologi; fisika-kimia dan kimia-fisika). Terakhir, ke empat adalah keragaman potensi/keunggulan/kearifan lokal menuju pada unity standar isi IPA yang komprehensif (Nature of Science).
Berdasar empat tinjauan tersebut, penanaman konsep dasar IPA untuk jenjang pendidikan dasar akan terjawab. Alasannya, IPA tidak dibahas secara tersegmentasi.
“IPA adalah ilmu pengetahuan tentang objek atau proses pengamatan alam, mencakup biologi, fisika, kimia dan bumi antariksa, yang berbeda dengan ilmu abstrak atau teoretis, seperti matematika atau filsafat,” kata Guru Besar Bidang Pendidikan IPA Fakultas MIPA UNY Prof. Dr. Insih Wilujeng, M.Pd., Jumat (11/03/2022).
Menurut Insih, IPA pada zaman kini sangat erat kaitannya dengan masyarakat dan teknologi. Ketika ilmuwan bekerja, dia terlibat dengan aktivitas yang ada dalam masyarakat seperti bekerja sama. Selain itu, dampak yang ditimbulkan dari penggunaan teknologi yang dihasilkan sebagai perkembangan IPA bisa mempengaruhi kondisi sosial masyarakat.
“Pembelajaran IPA harus memperhatikan karakteristik IPA sebagai proses dan IPA sebagai produk. Karaketristik ini disebut juga dengan objek IPA” paparnya.
Warga Gundengan Lor, Margorejo, Tempel, Sleman ini memaparkan pembelajaran IPA terintegrasi mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang memungkinkan peserta didik berpartisipasi dalam masyarakat multi-etnis. Hal ini adalah untuk melayani keragaman pemberian tantangan bagi guru dan sekolah untuk menyeimbangkan kebutuhan peserta didik.
Ditambahkan, kebutuhan peserta didik bisa terkait dengan keterampilan yang ingin mereka kuasai, disiplin ilmu IPA yang mereka minati, keholistikan kajian IPA maupun kebutuhan potensi/keunggulan/kearifan lokal yang mereka miliki. Hal ini nantinya dapat mewujudkan IPA terintegrasi dan pembelajarannya sebagai perwujudan Unity in Diversity.
“Unity in Diversity adalah suatu konsep yang menandakan persatuan di antara individu-individu peserta didik yang memiliki keragaman tertentu di antara mereka. Keragaman tersebut bisa berdasarkan budaya, bahasa, ideologi, agama, sekte, golongan, suku, dan lainnya,” katanya.
Perempuan kelahiran Madiun, 2 Desember 1967 ini menjelaskan, pembelajaran IPA terintegrasi bisa dikembangkan dengan beberapa model pengintegrasian seperti IPA terintegrasi keterampilan, IPA terintegrasi interdicipliner, integrasi Conceptual Integrated Science, serta integrasi IPA dengan potensi /keunggulan /kearifan lokal.
Dalam hal ini, integrasi IPA dengan kearifan lokal bertujuan mempersiapkan peserta didik agar memiliki wawasan yang luas dan kuat mengenai kondisi lingkungannya, sikap dan nilai-niai, sehingga bersedia melestarikan dan mengembangkan potensi yang ada di sekitarnya dan meningkatkan kualitas potensi lokal yang ada di daerahnya. Ia mencontohkan, pada proses pembuatan gula kelapa, di mana peserta didik belajar tentang integrasi konsep perubahan fisika zat dan pendinginan pada saat gula kelapa diangin-anginkan agar mencapai suhu kamar (25oC-30oC), lalu belajar integrasi konsep suhu ruang saat pengemasan gula kelapa menggunakan wadah. Selain itu peserta didik belajar tentang potensi bawang merah diintegrasikan dengan pembelajaran IPA pada materi pokok mengukur obyek IPA di sawah bawang merah.
Di sini, peserta didik melakukan pengukuran dengan satuan baku dan tidak baku untuk panjang bedeng, tinggi bedeng, dan lebar bedeng. Sedangkan pengukuran diameter, tinggi, dan massa bawang merah digunakan untuk melatihkan practical skills peserta didik.
Doktor bidang ilmu Pendidikan IPA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung ini menyampaikan, pembelajaran IPA terintegrasi direkomendasikan di tingkatan SMP/MTs, karena memiliki beberapa tujuan. Di antaranya, meningkatkan efesiensi dan efektivitas pembelajaran serta meningkatkan minat dan motivasi. Pembelajaran IPA terintegrasi juga memiliki beberapa kekuatan dan manfaat, seperti penggabungan berbagai bidang kajian sehingga terjadi penghematan waktu, karena tiga atau lebih disiplin ilmu (fisika, kimia, biologi, dll) bisa sekaligus dibelajarkan.(*)