Sekelompok Mahasisiwi UNY Ciptakan Cardigan Ecoprint Stylish Beraksen Aksara Jawa

Mahasiswi UNY yang membuat cardigan anti-doplet.
YOGYAKARTA – Produk fashion merupakan produk yang diminati masyarakat. Saat ini, didukung cara berpikir masyarakat bahwa fashion merupakan sesuatu yang tidak boleh ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai jenis busana ditawarkan pada masyarakat. Mulai dari pakaian anak-anak, pakaian laki-laki maupun perempuan, hingga outer. Outer merupakan baju yang dipakai sebagai luaran dan digunakan dalam suatu outfit. Salah satu jenis outer yang diminati masyarakat adalah cardigan.
Kondisi pandemi Covid-19 yang masih melanda Indonesia mempengaruhi desain dan model cardigan, di mana bahan pakaian yang digunakan bisa mengurangi risiko tertular virus corona, berwujud pakaian anti-droplet.
Dari sini, sekelompok mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) membuat inovasi cardigan yang berbeda dengan produk yang dijual umumnya. Mereka adalah Affifatu Tsabbita dan Parni Asfiyah dari Prodi Pendidikan Tata Busana, Mia Luvita Sari dan Siti Nur Hamidah dari Prodi Pendidikan Kimia, serta Sarifatun Khasanah dari Prodi Pendidikan ekonomi. Produk karya mereka tersebut, bisa melindungi diri dari paparan Covid-19 atau sebagai anti-droplet. Karena bahan bersifat water repellent.
Menurut Affifatu Tsabbita, mereka sepakat membuat produk cardigan yang stylish, karena dibuat dengan metode ecoprint sekaligus diberi aksen aksara Jawa sebagai nilai estetika dan nilai budaya sekaligus bertujuan untuk melestarikannya.
“Cardigan kami merupakan produk yang mendukung eco-friendly. Yakni, menggunakan teknik pewarnaan ecoprint dengan daun jati, daun paku, daun lanang, dan daun ketapang yang ramah lingkungan,” jelas Affifatu, Selasa (6/9/2022).
Parni Asfiyah menambahkan, selain mengurangi penggunaan pewarna sintetis, teknik ecoprint tersebut juga menambah kreativitas dan menjadikan produk bernilai jual tinggi.
“Kami menamakan produk kami Kareswari. Yaitu, inovasi cardigan ecoprint aksara Jawa Sriwedhari anti-droplet sebagai fashion era new normal,” imbuh Parni.
Penambahan aksara Jawa atau huruf Hanacaraka karena memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki bangsa lain. Artinya, adanya unsur filosofi/cerita terbentuknya aksara itu sendiri, tetapi tidak banyak orang yang mengetahuinya. Seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan aksara Jawa semakin minim oleh masyarakat, sehingga menjadi salah satu hal yang perlu menjadi perhatian.
Mia Luvita Sari menegaskan, Kareswari merupakan produk berbahan kain katun twill woven yang bersifat water repellent atau tahan air. Sifat bahan tersebut dimaksudkan agar droplet bisa ditahan, sehingga memiliki nilai lebih dibandingkan kardigan biasa. Saku pada kardigan bisa digunakan sebagai tempat masker dan menggantung hand sanitizer untuk mendukung fashion era new normal. Selain itu, bagian lengan terdapat ritsleting untuk memudahkan bila akan melakukan vaksinasi.
“Motif bertuliskan peribahasa Jawa, sehingga bisa menjadi petuah, seperti golèk banyu bening, yang dalam bahasa Indonesia berarti belajar mencari ilmu yang baik. Limbah pakaian berupa bahan kimia bisa mencemari lingkungan, sehingga teknik ecoprint memiliki tujuan ramah lingkungan,” ujar Mia Luvita Sari.
Siti Nur Hamidah menjelaskan, alat yang dibutuhkan dalam membuat cardigan tersebut adalah baskom, palu kayu, gelas ukur, timbangan. pengaduk, termometer, setrika, mesin jahit high speed, kuas, palet warna, gunting dan tali rafia. Bahannya, tawas, tunjung, air, daun ketapang segar, daun jati segar, daun lanang segar, daun paku segar, kain katun twill woven (water repellent), plastik lembaran, fabric color, kardus kemasan, tali rami dan kancing.
Cara membuatnya, mereka meletakkan kain di atas plastik dan celupkan daun pada tawas/tunjung. Tata daun di atas kain sesuai kebutuhan dan dibuat motif dengan cara memukul daun di atas kain yang sudah dilapisi plastik. Kemudian, kain dikeringkan dan difiksasi menggunakan tawas.
Langkah berikutnya, membuat aksara Jawa, di mana cardigan dijahit lalu diberi lukisan aksara Jawa ‘Sriwedhari’ secara manual dengan motif bunga.
Menariknya, karya tersebut berhasil meraih pendanaan dari Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbudristek dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Kewirausahaan tahun 2022.(*)